museros.site Pembangunan Mess Gereja Kristen Injili (GKI) di Kabupaten Biak Numfor kini hampir selesai. Proyek yang sudah lama dinantikan jemaat ini ditargetkan rampung sepenuhnya sebelum akhir tahun dan siap diresmikan pada awal 2026. Mess tersebut akan menjadi fasilitas penting untuk mendukung aktivitas gereja, pelayanan umat, serta tempat singgah bagi tamu dari berbagai daerah di Papua.
Bangunan mess yang berlokasi di pusat Kabupaten Biak Numfor ini berdiri megah dengan desain dua lantai. Panjang bangunan mencapai 39 meter dengan lebar 10 meter, dan memiliki 22 kamar yang dilengkapi fasilitas memadai. Proyek ini menelan biaya sekitar Rp3 miliar, bersumber dari dana hibah Otonomi Khusus (Otsus) yang dialokasikan khusus untuk mendukung pembangunan keagamaan di Papua.
Kunjungan Lapangan Pemerintah Daerah
Bupati Biak Numfor Markus Octovianus Mansnembra bersama Wakil Bupati Jimmy C.R. Kapissa meninjau langsung progres akhir pembangunan mess tersebut. Dalam kunjungan itu, keduanya didampingi sejumlah pejabat dari dinas teknis dan perwakilan Majelis Jemaat GKI setempat.
Bupati menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan proyek ini tepat waktu. Ia mengatakan bahwa pembangunan mess ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara pemerintah daerah, gereja, dan masyarakat dalam meningkatkan sarana pelayanan keagamaan.
“Mess GKI ini bukan hanya tempat tinggal sementara, tetapi juga simbol kerja sama yang kuat antara pemerintah dan lembaga keagamaan,” ujarnya. Ia berharap keberadaan mess tersebut dapat mendukung kegiatan pelayanan dan meningkatkan semangat kebersamaan antarjemaat di Kabupaten Biak Numfor.
Fasilitas Modern dan Ramah Lingkungan
Mess GKI Biak Numfor dibangun dengan konsep modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Papua. Desain arsitekturnya menonjolkan kesederhanaan dan kenyamanan, dengan memanfaatkan ventilasi alami serta pencahayaan yang efisien.
Bangunan ini dilengkapi 22 kamar tidur, ruang pertemuan, dapur umum, dan area terbuka yang bisa digunakan untuk kegiatan rohani maupun diskusi. Seluruh fasilitas dirancang agar dapat menampung tamu dari berbagai kalangan, baik jemaat GKI maupun tamu dari luar daerah.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum setempat menjelaskan bahwa proses pembangunan dilakukan dengan memperhatikan standar ramah lingkungan. Penggunaan material lokal seperti kayu Biak dan batu alam membantu menjaga identitas daerah sekaligus menekan biaya konstruksi. “Kami ingin bangunan ini bukan hanya kuat, tapi juga mencerminkan karakter budaya Biak,” ujarnya.
Dukungan dari Jemaat dan Tokoh Gereja
Pembangunan mess ini mendapat dukungan luas dari masyarakat dan jemaat GKI di Biak Numfor. Ketua Klasis GKI Biak menyampaikan rasa syukurnya atas perhatian pemerintah terhadap kebutuhan fasilitas gereja. Ia menyebut, kehadiran mess akan sangat membantu jemaat yang datang dari distrik-distrik terpencil untuk mengikuti kegiatan rohani di kota.
“Selama ini banyak tamu jemaat dari luar daerah yang kesulitan tempat menginap. Dengan adanya mess ini, semua bisa ditampung dengan layak dan nyaman,” katanya.
Selain menjadi tempat penginapan, mess GKI juga akan digunakan sebagai pusat koordinasi pelayanan gereja di wilayah Biak. Di dalamnya akan disiapkan ruang administrasi dan ruang diskusi yang dapat digunakan oleh pengurus klasis maupun sinode.
Makna Sosial dan Keagamaan
Bupati Markus menilai pembangunan mess GKI memiliki makna sosial yang besar. Menurutnya, pembangunan rumah ibadah dan fasilitas pendukungnya merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan sosial masyarakat.
“Pemerintah daerah tidak hanya membangun jalan dan gedung, tetapi juga membangun nilai-nilai moral dan spiritual. Pembangunan mess GKI adalah bentuk dukungan terhadap pembinaan mental dan iman umat,” tegasnya.
Wakil Bupati Jimmy Kapissa menambahkan bahwa pembangunan mess ini sejalan dengan misi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan spiritual dan kultural. Ia berharap bangunan tersebut bisa menjadi pusat kegiatan positif bagi generasi muda gereja, seperti pelatihan, seminar, dan pembinaan rohani.
Transparansi Dana dan Akuntabilitas
Proyek pembangunan mess GKI Biak Numfor menjadi salah satu contoh penggunaan dana Otsus yang tepat sasaran. Pemerintah daerah memastikan bahwa seluruh anggaran dikelola secara transparan dan akuntabel.
Kepala Badan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa laporan keuangan proyek ini akan disampaikan secara terbuka kepada publik dan lembaga gereja. “Kita ingin masyarakat tahu bahwa dana Otsus benar-benar digunakan untuk kepentingan umat dan pembangunan sosial,” katanya.
Dengan pendekatan transparansi ini, pemerintah berharap kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana publik semakin meningkat. Program serupa juga akan diterapkan untuk pembangunan fasilitas keagamaan lain di Biak Numfor.
Harapan Peresmian dan Pemanfaatan Awal 2026
Jika seluruh proses penyelesaian berjalan sesuai jadwal, Mess GKI Biak Numfor akan diresmikan pada awal 2026. Pemerintah daerah bersama pimpinan GKI berencana mengundang tokoh gereja, perwakilan sinode, serta masyarakat untuk menghadiri acara peresmian tersebut.
Setelah diresmikan, mess akan langsung dibuka untuk umum dan dikelola secara profesional oleh pihak GKI bekerja sama dengan pemerintah daerah. Biaya operasional dan pemeliharaan bangunan akan ditanggung bersama agar fasilitas ini dapat digunakan secara berkelanjutan.
Bupati berharap kehadiran mess ini menjadi inspirasi bagi kabupaten lain di Papua untuk mengembangkan fasilitas serupa. “Kami ingin Biak menjadi contoh bahwa pembangunan rohani dan fisik bisa berjalan seiring,” ujarnya optimis.
Penutup
Pembangunan Mess GKI Biak Numfor bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan wujud nyata dari sinergi antara pemerintah dan lembaga keagamaan. Melalui fasilitas ini, diharapkan pelayanan gereja kepada masyarakat dapat berjalan lebih baik, nyaman, dan terarah.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan jemaat, mess ini akan menjadi simbol persaudaraan, solidaritas, dan iman yang hidup di tengah masyarakat Papua. Ketika diresmikan nanti, bangunan ini tidak hanya berdiri sebagai tempat penginapan, tetapi juga sebagai rumah kebersamaan bagi seluruh umat di Tanah Biak.

Cek Juga Artikel Dari Platform ketapangnews.web.id
