museros.site – Platform streaming musik global Spotify resmi mengumumkan serangkaian kebijakan baru terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam industri musik. Kebijakan ini bertujuan memperjelas penggunaan AI, menjaga transparansi, menekan penyebaran musik spam, dan melarang praktik tiruan suara atau deepfake tanpa izin.
Langkah tersebut diungkapkan perusahaan di tengah pesatnya pertumbuhan musik berbasis AI, yang mulai menimbulkan polemik di kalangan musisi, label rekaman, dan pendengar.
Label AI Lewat Standar DDEX
Salah satu kebijakan penting yang diumumkan Spotify adalah adopsi standar industri baru bernama DDEX untuk membantu mengidentifikasi dan memberi label pada musik berbasis AI.
Dilansir dari TechCrunch, DDEX memungkinkan label rekaman, distributor, dan mitra musik untuk memberikan informasi detail terkait peran AI dalam proses produksi lagu. Informasi ini mencakup penggunaan AI pada vokal, instrumen, atau tahap pascaproduksi, dan akan ditampilkan secara transparan di bagian kredit lagu.
“Kami tahu penggunaan AI akan berada dalam spektrum yang luas, dengan artis dan produser mengintegrasikan AI di berbagai tahap alur kerja kreatif mereka. Standar ini memungkinkan pengungkapan yang lebih akurat dan bernuansa, tidak memaksa sebuah lagu masuk pada kategori biner: sepenuhnya AI atau bukan AI sama sekali,” kata Sam Duboff, Global Head of Marketing and Policy Spotify.
Spotify mengungkapkan, hingga saat ini sudah ada 15 label dan distributor musik yang berkomitmen untuk menerapkan DDEX. Perusahaan berharap langkah ini dapat menjadi standar industri yang diikuti pihak lain.
Larangan Deepfake dan Tiruan Suara Tanpa Izin
Selain soal label, Spotify juga menegaskan kebijakan larangan keras terhadap penggunaan tiruan suara berbasis AI tanpa izin, termasuk deepfake atau replika vokal artis yang diunggah ke platform.
Langkah ini diambil menyusul meningkatnya tren penggunaan AI untuk membuat musik yang meniru suara artis terkenal tanpa persetujuan mereka, yang dinilai merugikan hak cipta dan hak moral sang artis.
Menurut Charlie Hellman, VP dan Global Head of Music Spotify:
“Kami tidak di sini untuk menghukum artis yang menggunakan AI secara autentik dan bertanggung jawab. Kami justru berharap alat produksi berbasis AI dapat membuat mereka lebih kreatif dari sebelumnya.”
Filter Anti-Spam Musik Berbasis AI
Spotify juga menyoroti meningkatnya praktik musik spam, yaitu pengunggahan massal lagu-lagu yang tidak autentik atau duplikat untuk memanipulasi sistem rekomendasi.
Untuk mengatasi masalah ini, Spotify akan meluncurkan filter anti-spam baru pada musim gugur tahun ini. Teknologi ini dirancang untuk:
- Mendeteksi dan menandai konten musik yang diduga spam.
- Mencegah lagu-lagu tersebut muncul dalam rekomendasi pengguna.
- Menghambat manipulasi sistem pencarian dengan taktik SEO ilegal.
“Kami tahu AI membuat pelaku kejahatan lebih mudah mengunggah konten massal dan melakukan manipulasi sistem. Masalah ini sudah kami hadapi bertahun-tahun, tetapi AI mempercepat masalah dengan cara yang lebih canggih,” ujar Duboff.
Spotify juga akan bekerja sama dengan distributor untuk mengatasi praktik profile mismatches, yaitu pengunggahan musik ke profil artis lain demi meraih keuntungan ilegal.
Tetap Dukung Kreativitas AI yang Otentik
Meski memperketat aturan, Spotify menegaskan tidak menolak penggunaan AI sepenuhnya. Perusahaan menyatakan akan tetap mendukung artis dan produser yang memanfaatkan AI secara otentik, bertanggung jawab, dan dengan izin yang tepat.
Dengan adanya standar DDEX, pendengar dapat mengetahui dengan jelas kapan dan bagaimana AI digunakan dalam proses kreatif sebuah lagu.
Respons Industri Musik dan Tren AI
Pengumuman ini datang di tengah tren musik AI yang terus meningkat. Pada musim panas lalu, band berbasis AI bernama Velvet Sundown sempat viral di Spotify dan memicu perdebatan karena kurangnya transparansi label AI pada lagu-lagunya.
Di sisi lain, pesaing Spotify, Deezer, melaporkan bahwa sekitar 18% unggahan musik hariannya atau lebih dari 20.000 lagu, kini sepenuhnya dibuat oleh AI.
Fenomena ini menandakan AI telah menjadi bagian penting dari lanskap musik modern, sekaligus menimbulkan tantangan baru terkait hak cipta, keaslian, dan etika distribusi musik.
Kesimpulan
Kebijakan baru Spotify ini menjadi langkah strategis dalam menjaga integritas ekosistem musik digital. Dengan kombinasi standar DDEX, larangan deepfake, dan filter anti-spam, Spotify berharap dapat menciptakan lingkungan yang transparan, adil, dan aman bagi artis, produser, serta pendengar.
Upaya ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi platform lain dalam menavigasi era baru musik berbasis AI, yang kini semakin tak terpisahkan dari proses kreatif dan industri musik global.
Cek juga platform artikel terbaru dari seputardigital
