Polisi dengan Misi Literasi
museros.site – Di tengah berbagai tantangan sosial di wilayah Luminda, Wara Utara, Palopo, Sulawesi Selatan, seorang polisi Bhabinkamtibmas bernama Aiptu Jacky Jenifer Galelar menghadirkan harapan baru bagi anak-anak di lingkungan tersebut.
Ia mendirikan Rumah Belajar Victory, sebuah tempat yang dirancang untuk meningkatkan literasi dan pendidikan karakter anak-anak di kawasan yang dulunya dikenal rawan oleh aktivitas perjudian dan peredaran minuman keras.
Yang menarik, lokasi awal rumah belajar ini pernah menjadi warung miras atau warung ballo. Dengan langkah ini, Jacky ingin memberi pesan moral yang kuat bagi masyarakat: ruang yang dulu identik dengan perilaku negatif kini bertransformasi menjadi tempat belajar.
Awal Mula Rumah Belajar Victory
Dalam wawancara dengan media, Senin (15/9/2025), Aiptu Jacky mengungkapkan bahwa ide mendirikan rumah belajar muncul saat pandemi Covid-19, sekitar April 2022.
Ketika itu, sekolah-sekolah ditutup dan banyak anak di lingkungannya hanya bermain tanpa arah.
“Melihat anak-anak yang tidak terarah saat sekolah ditutup membuat saya ingin memberikan mereka pendidikan tambahan. Awalnya, saya dibantu adik dan beberapa teman mahasiswa yang sukarela mengajar,” tutur Jacky.
Program ini kemudian mendapat dukungan dari Polda Sulsel dan diajukan sebagai salah satu nominasi dalam Hoegeng Corner 2025, ajang yang mengapresiasi sosok polisi berprestasi dan inspiratif.
Lingkungan Sosial yang Keras
Jacky mengaku prihatin melihat lingkungan di wilayah binaannya yang sempat dipenuhi warung miras dan arena perjudian seperti sabung ayam.
“Banyak penyakit masyarakat, seperti perjudian dan sabung ayam. Saya tidak ingin anak-anak terkontaminasi hal-hal seperti itu,” jelasnya.
Ia berharap kehadiran rumah belajar dapat menjadi pengalih perhatian anak-anak dan juga memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar.
“Sejak ada rumah belajar, kebiasaan buruk mulai berkurang. Orang-orang jadi sadar karena melihat anak-anak belajar,” tambah Jacky.
Pesan Moral dari Bekas Warung Miras
Salah satu keputusan penting yang diambil Jacky adalah memilih bekas warung miras sebagai tempat awal kegiatan belajar.
“Kenapa saya pilih tempat itu? Supaya mereka yang dulu sering minum bisa melihat, oh sekarang tempat ini dipakai anak-anak belajar. Ada meja dan kursi, jadi mereka tahu harus menghargai,” kata Jacky.
Langkah ini tidak hanya simbolis, tetapi juga menegaskan bahwa perubahan lingkungan dimulai dari perubahan cara pandang masyarakat.
Dukungan Pribadi dan Partisipasi Masyarakat
Meski awalnya dijalankan dengan segala keterbatasan, Jacky tidak menyerah. Ia bahkan menggunakan dana pribadi untuk menyewa tempat yang lebih layak setelah kegiatan belajar berkembang.
“Untuk persiapan dan biaya operasional saya pakai uang pribadi. Pernah juga dapat dukungan alat tulis dari Kapolres yang kebetulan baru menjabat saat itu,” ujarnya.
Kegiatan belajar kini dibantu oleh istrinya serta sejumlah relawan mahasiswa yang mengajar membaca, menulis, dan pendidikan karakter.
Saat ini, ada sekitar 30 anak yang rutin mengikuti program belajar.
Perubahan yang Terlihat Nyata
Menurut Jacky, hasil dari upaya ini sudah mulai terlihat. Banyak anak yang awalnya tidak bisa membaca atau menulis, bahkan meskipun sudah duduk di bangku sekolah dasar, kini perlahan menguasai kemampuan dasar tersebut.
“Kepuasan tersendiri bagi kami ketika melihat anak-anak yang awalnya tidak bisa membaca, sekarang mulai bisa membaca dan menulis,” ujarnya.
Selain itu, aktivitas perjudian dan perilaku negatif di sekitar lingkungan rumah belajar juga mulai berkurang.
“Dengan adanya kegiatan anak-anak ini, orang-orang jadi segan melakukan hal buruk di depan mereka. Mereka sadar sendiri untuk tidak mempertontonkan hal negatif,” kata Jacky.
Filosofi Nama Victory
Jacky memberi nama “Victory” pada rumah belajar yang didirikannya sebagai simbol kemenangan.
Menurutnya, nama tersebut merepresentasikan perjuangan anak-anak untuk meraih masa depan yang lebih baik di tengah lingkungan yang sulit.
“Anak-anak harus menang melawan lingkungannya. Meski lingkungan mereka keras, mereka bisa tetap belajar dan punya mimpi,” jelasnya.
Nama itu juga mencerminkan semangat perubahan: bahwa dengan pendidikan, generasi muda dapat mengatasi keterbatasan dan mengalahkan pengaruh buruk di sekitarnya.
Inspirasi bagi Masyarakat
Kisah Aiptu Jacky menjadi bukti bahwa perubahan sosial dapat dimulai dari langkah sederhana dan kepedulian terhadap pendidikan.
Apa yang ia lakukan di Palopo tidak hanya membantu anak-anak mendapatkan pendidikan yang lebih baik, tetapi juga mendorong masyarakat untuk meninggalkan kebiasaan negatif.
Kini, Rumah Belajar Victory menjadi simbol harapan bagi anak-anak dan keluarga di Luminda. Perjuangan Jacky membuktikan bahwa peran polisi tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga dapat menjadi agen perubahan sosial di tengah masyarakat.
Penutup: Pendidikan Mengubah Masa Depan
Cerita Aiptu Jacky mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci untuk memutus rantai masalah sosial di lingkungan masyarakat.
Dari bekas warung miras yang identik dengan perilaku negatif, kini muncul sebuah ruang belajar yang menanamkan nilai dan harapan bagi generasi muda.
Kisah ini menjadi inspirasi bahwa perubahan nyata dimulai dari kepedulian dan keberanian untuk bertindak, bahkan di tempat yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Cek juga artikel dari platform beritajalan
