Tantangan SDM di Era Transformasi
museros.site – Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menegaskan bahwa dunia kerja Indonesia menghadapi tantangan besar dengan masuknya jutaan angkatan kerja baru setiap tahun. Kondisi ini terjadi di tengah pemulihan industri global yang belum sepenuhnya stabil, sehingga menciptakan kesenjangan antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia usaha.
“Ekosistem ketenagakerjaan yang sehat, kompetitif, dan berkelanjutan hanya bisa terwujud bila dibangun atas dasar saling percaya dan kolaborasi,” ujar Yassierli dalam keterangan resminya, Jumat (3/10/2025).
Fokus pada Kompetensi dan Inklusi
Menurut Yassierli, salah satu langkah penting untuk menjawab tantangan tersebut adalah memperluas pelatihan vokasi dan sertifikasi kompetensi agar angkatan kerja memiliki keahlian sesuai tuntutan industri.
Ia juga menekankan pentingnya menciptakan dunia kerja yang inklusif.
“Penyandang disabilitas harus diberi kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan memberi nilai tambah bagi perusahaan,” katanya.
Selain itu, ia menggarisbawahi bahwa hubungan industrial yang harmonis menjadi kunci untuk mengatasi isu-isu klasik ketenagakerjaan seperti upah minimum, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan diskriminasi.
“Persoalan hubungan industrial tidak cukup diselesaikan dengan meniru praktik negara lain. Indonesia perlu membangun future practice berbasis kearifan lokal seperti gotong royong dan hubungan industrial Pancasila,” jelas Yassierli.
Tantangan Masa Depan Dunia Kerja
Yassierli juga memperingatkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, separuh jenis pekerjaan saat ini diperkirakan akan hilang akibat perkembangan teknologi dan otomasi.
“Generasi muda harus dibekali kompetensi baru seperti agility dan flexibility agar mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan,” ujarnya.
Apresiasi untuk BTN dan Serikat Pekerja
Pernyataan Yassierli disampaikan saat menghadiri penandatanganan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dengan Serikat Pekerja BTN di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Ia mengapresiasi capaian BTN yang berhasil merampungkan PKB bersama serikat pekerja dengan semangat sinergi dan produktivitas.
“Serikat pekerja jangan hanya dikenal karena aksi demonstrasi, tetapi juga harus menjadi champion produktivitas dan K3. Sinergi seperti ini akan mempercepat pergerakan roda ketenagakerjaan nasional,” ujar Yassierli.
Transformasi BTN Berbasis SDM dan ESG
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyampaikan bahwa transformasi perbankan tidak hanya berfokus pada kinerja finansial semata.
“Keberhasilan bank juga ditopang oleh SDM yang kompeten dan reputasi yang baik. Kami juga menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan,” ujar Nixon.
Ia menegaskan bahwa BTN tidak hanya bicara soal pembiayaan rumah, tetapi juga tentang keberlanjutan dan kontribusi sosial yang menjadi nilai tambah perusahaan di masa depan.
Harmonisasi dan Kesejahteraan Pekerja
Ketua Umum Serikat Pekerja BTN, Rizky Novriady, menambahkan bahwa proses perundingan PKB berlangsung secara harmonis dan penuh kekeluargaan.
“Transformasi BTN dalam lima tahun terakhir telah meningkatkan kesejahteraan pekerja. Kini, transformasi Human Capital juga menyentuh aspek sosial demi menciptakan dunia kerja yang lebih adil dan produktif,” ujarnya.
Menurut Rizky, keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada hubungan kerja yang lebih kondusif, tetapi juga memperkuat daya saing BTN di era digital.
Pentingnya Kolaborasi Tripartit
Sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan serikat pekerja seperti yang terjadi di BTN menjadi contoh kolaborasi tripartit yang efektif dalam menjawab tantangan dunia kerja.
Hubungan industrial yang sehat mendorong terciptanya lingkungan kerja yang inklusif, meningkatkan produktivitas, dan mempersiapkan pekerja untuk menghadapi disrupsi teknologi di masa depan.
“Kolaborasi ini adalah kunci dalam menciptakan dunia kerja yang kompetitif, berdaya saing, dan berkelanjutan,” kata Yassierli.
Penutup: Transformasi SDM Menuju Masa Depan
Apresiasi Menaker terhadap sinergi BTN dan serikat pekerja menjadi bukti bahwa transformasi sumber daya manusia memerlukan komitmen bersama.
Dengan memperkuat kompetensi, inklusi, dan harmonisasi hubungan industrial, Indonesia dapat menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah, sekaligus memastikan bahwa transformasi bisnis berjalan selaras dengan kesejahteraan pekerja.
Sinergi seperti ini menjadi inspirasi bagi sektor lain untuk memperkuat ekosistem ketenagakerjaan nasional yang lebih inklusif, produktif, dan adaptif menghadapi perubahan zaman.
Cek juga artikel paling top di platform beritapembangunan
